Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis. Di daerah tropis terjadi angin yang bergerak dari daerah maksimum subtropis ke daerah minimum equator. Angin-angin ini disebut Angin Pasat Timur Laut yang berada di belahan bumi utara dan Angin Pasat Tenggara yang berada di belahan bumi selatan. Pada beberapa wilayah di permukaan bumi, angin passat tersebut mengalami perubahan arah akibat pengaruh lingkungan setempat.
Indonesia secara geografis terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik) serta letak matahari yang berubah setiap 6 bulan berada di selatan khatulistiwa, maka angin passat tersebut mengalami perubahan menjadi angin muson (angin musim) barat dan angin muson timur (Wyrtki, 1987). Pada daerah khatulistiwa bagian Samudera Pasifik, Angin Pasat Tenggara berhembus secara normal sepanjang tahun. Angin Pasat mengakibatkan massa air yang hangat di bagian timur Samudera Pasifik bergerak menuju perairan timur Indonesia. Pergerakan massa air tersebut semakin berkurang pada beberapa bagian dari laut Indonesia, karena Angin Pasat banyak membawa uap air karena behembus di laut lepas. hal ini mengakibatkan daerah Kepulauan Indonesia yang terletak antara Samudera Hindia bagian Timur dengan Samudera Pasifik bagian Barat menyumbangkan tempat penyimpanan bahang (heat) terbesar dalam lautan dunia. Suhu permukaan laut sekeliling Indonesia adalah tinggi (>28oC). Suhu yang tinggi tersebut akan memengaruhi pertukaran bahang dan mengatur interaksi antara atmosfer dan lautan yang berpengaruh terhadap cuaca local Kepulauan Indonesia dan dunia.
Angin Pasat Tenggara yang muncul terus menerus sepanjang tahun mengakibatkan permukaan laut sepanjang pantai Mindanao-Halmahera-Irian Jaya di Samudera Pasifik bagian Barat lebih tinggi daripada permukaan laut sepanjang pantai Sumatera-Jawa-Sumbawa di Samudera Hindia bagian Timur. Akibat adanya gradien tekanan yang disebakan oleh perbedaan tinggi permukaan , sejumlah massa air Samudera Pasifik akan mengalir ke Samudera Hindia (Wyrtki, 1987 ). Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah Angin Muson, hal ini disebakan karena Indonesia teletak diantara Benua Asia dan Australia diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Menurut Wyrtki (1961), keadaan musim di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu :
Musim Barat (Desember-April)
Pada Musim Barat pusat tekanan udara tinggi di bagian atas benua Asia dan pusat tekanan udara rendah terjadi di bagian atas benua Australia sehingga angin berhembus dari Barat Laut menuju Tenggara. Di Pulau Jawa angin ini dikenal sebagai Angin Muson Barat Laut. Musim Barat umumnya membawa curah hujan yang tinggi di Pulau Jawa. Angin muson barat berhembus pada bulan Oktober - April, pada bulan-bulan ini matahari berada di belahan bumi selatan sehingga mengakibatkan belahan bumi selatan khususnya Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua Asia. Panas matahari ini mengakibatkan Australia bertemperatur tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan tekanan udaranya tinggi (maksimum).
Oleh karena itu terjadilah pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia sebagai angin muson barat. Angin ini melewati Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Pergerakan angin yang membawa banyak uap air mengakibatkan turunnya hujan di Kepulauan Indonesia.
Musim Timur (April - Oktober)
Pada musim Timur pusat tekanan udara rendah yang terjadi diatas Benua Asia dan pusat tekanan udara tinggi diatas Benua Australia menyebabkan angin behembu dari Tenggara menuju Barat Laut. Di Pulau Jawa bertiup Angin Muson Tenggara. Selama musim Timur, Pulau Jawa biasanya mengalami kekeringan. Angin muson timur berhembus setiap bulan April - Oktober, ketika matahari mulai bergeser ke belahan bumi utara. Di belahan bumi utara khususnya benua Asia temperaturnya tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari, temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin muson timur. Angin ini tidak banyak menurunkan hujan, karena hanya melewati laut kecil dan jalur sempit seperti Laut Timor, Laut Arafuru, dan bagian selatan Irian Jaya, serta Kepulauan Nusa Tenggara. Oleh sebab itu, di Indonesia sering menyebutnya sebagai musim kemarau.
Musim Peralihan (Maret - Mei dan September - November)
Periode Maret – Mei dikenal seagai musim Peralihan I atau Muson pancaroba awal tahun, sedangkan periode September – November disebut musim peralihan II atau musim pancaroba akhir tahun. Pada musim-musim Peralihan, matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan arahnya tidak menentu.
A. Angin Lokal
Angin ini bertiup setiap hari, seperti angin darat, angin laut, angin lembah dan angin gunung. Angin lokal dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Angin Darat dan Angin Laut
Angin ini terjadi di daerah pantai yang diakibatkan adanya perbedaan sifat daratan dan lautan. Pada malam hari daratan lebih dingin daripada lautan sehingga di daratan merupakan daerah maksimum yang menyebabkan terjadinya angin darat. Sebaliknya, pada siang hari terjadi angin laut. Perhatikan gambar di bawah ini. Kedua angin ini banyak dimanfaatkan oleh para nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pada malam hari saat bertiupnya angin darat, para nelayan pergi menangkap ikan di laut. Sebaliknya pada siang hari saat bertiupnya angin laut, para nelayan pulang dari penangkapannya.
2. Angin Lembah dan Angin Gunung
Pada siang hari puncak gunung lebih cepat menerima panas daripada lembah yang dalam keadaan tertutup. Puncak gunung tekanan udaranya minimum dan lembah tekanan udaranya maksimum. Karena keadaan ini maka udara bergerak dari lembah menyusur lereng menuju ke puncak gunung. Angin dari lembah ini disebut angin lembah. Pada malam hari puncak gunung lebih cepat mengeluarkan panas daripada lembah. Akibatnya di puncak gunung bertekanan lebih tinggi (maksimum) dibandingkan dengan di lembah (minimum) sehingga angin bertiup dari puncak gunung menuruni lereng menuju ke lembah. Angin dari puncak gunung ini disebut angin gunung.
referensi :
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of Southeast Asean Waters. Naga Report \',I. 2. The University of California, La Jolla, California.
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/405-pola-umum-angin-di-indonesia
Senin, 23 Januari 2012
Pola Angin Indonesia
Jumat, 07 Oktober 2011
Sabtu, 25 Juni 2011
CRUSTACEA
BAB I
CIRI-CIRI
I.1 Struktur Tubuh
Crustacea merupakan hewan yang memiliki anggota badan bersendi-sendi sehingga ada yang menggolongkannya ke dalam filum artrhopoda (artrhos =sambungan , podos = kaki) atau hewan yang memiliki kaki-kaki di bagian sendi-sendi tubuhnya. Selain itu memiliki kulit yang keras (crusta= kulit keras). Ada juga yang berkulit tebal dan berduri yang berfungsi untuk menghindari predator.
Crustacea memiliki tubuh bersegmen (beruas) dan terdiri dari cephalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut).Pada bagian anterior (ujung depan), Crustacea memiliki tubuh yang besar dan lebih lebar, sedangkan pada bagian posterior (ujung belakang) memiliki tubuh yang kecil.
<span class="fullpost">
Crustacea merupakan hewan yang hidup di perairan baik di perairan darat maupun perairan laut. Kebanyakan jenis dari Crustacea tingkat rendah didominasi oleh plankton laut dan tawar. Copepoda, krill, dan rebon merupakan salah satu contoh Crustacea yang memiliki peran penting dalam rantai makanan di perairan, yaitu sebagai penghubung antara fitoplankton dengan predator.
Crustacea merupakan hewan yang hidup di perairan baik di perairan darat maupun perairan laut. Kebanyakan jenis dari Crustacea tingkat rendah didominasi oleh plankton laut dan tawar. Copepoda, krill, dan rebon merupakan salah satu contoh Crustacea yang memiliki peran penting dalam rantai makanan di perairan, yaitu sebagai penghubung antara fitoplankton dengan predator.
Tubuh Crustacea dibagi ke dalam dua bagian, bagian depan cephalotoraks dan bagian belakang abdomen yang bersendi-sendi. Tiap ruas tubuh memiliki apendik (anggota badan) yang dalam pertumbuhannya akan mengalami nerevolusi sesuai dengan fungsinya. Pada permukaan luar tubuhnya ditutupi oleh cuticula yang terbuat dari chitin keras yang disebabkan impregnasi atau meresapnya dengan garam-garam kapur. Pada bagian cephalotoraks biasanya tertutup oleh karapak yang mengandung pigmen dan zat kapur dan menjulur hingga ke depan diantara dua mata.
Pada bagian kepala Crustacea dewasa memiliki sepasang antena pertama (antenula), sepasang antena kedua (antenna), sepasang mandibula, dan dua pasang maksilla yang membantu proses makan. Pada bagian dada terdiri dari delapan segmen dan memiliki tiga pasang maksiliped, sepasang cheliped, dan empat pasang periopod (kaki jalan). Pada bagian abdomen terdiri dari enam segmen dan memiliki lima pasang pleopod (kaki renang) dan sepasang uropod. Pada udang jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu (gonopod) yang berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa. Pada udang betina, di bagian segmen ke-11 terdapat penebalan lubang kelamin yang disebut thelycum. Berikut adalah fungsi masing-masing lima buah pleopod pada udang jantan dan betina:
Ø Pleopod 1 : pada udang betina berfungsi untuk mereduksi, sedangkan pada udang jantan berfungsi untuk memindahkan spermatophor kepada betina.
Ø Pleopod 2 : pada udang betina berfungsi untuk melekatkan telur dan anak-anaknya yang masih muda, sedangkan pada udang jantan berfungsi untuk memindahkan spermatophor kepada yang betina.
Ø Pleopod 3, 4, dan 5 : pada udang betina berfungsi untuk melekatkan telur dan anak-anaknya yang masih muda, sedangkan pada udang jantan berfungsi untuk menimbulkan aliran air .
I.2 Organ dalam tubuh
Organ dalam Crustacea bisa dikatakan sudah lengkap. Di dalam tubuh Crustacea terdapat sistem-sistem yang sudah kompleks. Sistem-sistem tersebut adalah sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem ekskresi, sistem reproduksi, dan sistem peredaran darah. Pada sistem pencernaan terdapat mulut, esofagus, kelenjar pencernaan, usus halus, dan anus. Pada sistem pernafasan terdapat insang atau seluruh permukaan tubuh. Pada sistem reproduksi terdapat testis atau ovarium serta gonopod. Pada sistem peredaran darah terdapat jantung yang membentuk sistem peredaran darah terbuka. Pada sistem syaraf terdapat ganglion dan otak yang berfungsi mengatur seluruh sistem.
Gambar 2. bagian dalam tubuh Crustacea
KLASIFIKASI CRUSTACEA
II.1 Entomostraca (udang tingkat rendah)
Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusun zooplankton. Mereka juga dapat digunakan sebagai pakan ikan, seperti : Daphnia sp. sebagai pakan ikan hias ; Copepoda sebagai pakan ikan laut. Entomostraca dapat dibagi menjadi 4 ordo yaitu Branchiopoda, Ostracoda, Copepoda, dan Cirripedia.
a) Branchiopoda
Branchiopoda (kutu air) merupakan kelompok Crustacea kecil yang menjadi salah satu penyusun zooplankton, contohnya seperti Daphnia pulex dan Asellus aquaticus. Mereka memiliki tubuh pucat dan transparan, tetapi tidak mempunyai cephalotorax. Dan hampir semua Branchiopoda hidup di perairan tawar. Keunikan dari ordo ini adalah mereka berkembang biak secara partenogenesis.
Gambar 3. Branchiopoda
b) Ostracoda
Ostracoda merupakan kelompok Crustacea yang terdapat di air tawar maupun air asin. Ostracoda berperan dalam keseimbangan ekosistem sebagai: herbivora dengan memakan ganggang; karnivora dengan memakan Crustacea kecil dan Annelida; scavenger dengan memakan bangkai dan detritus.
Ostracoda memiliki ciri-ciri tubuh yang tidak tampak jelas. Pada tubuhnya, Ostracoda mempunyai 6 sampai 7 apendik yang beruas-ruas, yaitu antena pertama, antena kedua, maksila pertama, maksila kedua, apendik thorax dan caudal furca. Pada bagian anteriornya, Ostracoda memiliki sebuah mata nauplius. Contoh dari Ostracoda antara lain Cypris candida dan Codona suburdana.
Gambar 4. Ostracoda
c) Copepoda
Copepoda merupakan salah satu penyusun zooplankton. Sebagian besar dari Copepoda hidup bebas di perairan, baik di air tawar maupun air laut. Namun 25% dari Copepoda hidup sebagai ektoparasit. Copepoda bersifat filter feeder yaitu memakan fitoplankton.
Tubuh Copepoda berbentuk silindris dan pendek seperti halnya Branchiopoda, Copepoda juga memiliki tubuh transparan. Warna merah, ungu, biru dan sebagainya pada Copepoda adalah warna yang ditimbulkan oleh makanan yang dimakan oleh Copepoda. Tubuh Copepoda terdiri dari kepala yang membulat, 6 ruas thorax, dan 3 sampai 5 ruas abdomen. Contoh dari Copepoda adalah Argulus indicus dan Cyclops.
Gambar 5. Copecoda
d) Cirripedia
Cirripedia mempunyai bentuk tubuh yang berbeda dari 3 ordo sebelumnya. Tubuh Cirripedia yang terdiri dari kepala dan dada tertutup oleh karapas yang berbentuk cakram. Dan ruas-ruas tubuhnya tidak terlihat jelas.
Cirripedia ada yang bersifat parasit dan nonparasit. Mereka yang hidup parasit akan menempel di dasar kapal, perahu, dan tiang-tiang yang tertanam di pantai. Cirripedia termasuk filter feeder dengan memakan mikroplankton. Contoh dari Cirripedia adalah Bernakel dan Sacculina.
Gambar 6. Cirripedia
II.2 Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Kelompok ini merupakan kelompok Crustacea yang berukuran besar dibandingkan dengan kelompok Entomostraca. Hewan ini terdapat di air laut maupun air tawar. Malakostraca dan Entomostraca dapat dibedakan dengan melihat ruas-ruas tubuh yang tampak jelas pada kelompok Malakostraca. Malakostraca dibagi menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda, dan Decapoda.
a) Isopoda
Isopoda (kutu kayu) merupakan kelompok Malakostraca yang hidup sebagai parasit. Isopoda dikatakan sebagai kutu kayu karena mereka merupakan pengerek lunas perahu-perahu nelayan. Selain sebagai pengerek kayu, Isopoda memakan ganggang, jamur, lumut, dan hewan-hewan yang sudah membusuk. Contoh dari Isopoda adalah Onicus asellus (kutu perahu) dan Limnoria lignorum.
Gambar 7. Kutu Perahu
b) Stomatopoda
Stomatopoda (udang belalang) merupakan kelompok Crustacea yang mirip dengan belalang sembah. Mereka mempunyai warna yang mencolok pada tubuhnya. Contoh dari Stomatopoda adalah Squilla empusa.
Gambar 8. Stomatopoda
c) Decapoda (kaki sepuluh)
Decapoda merupakan kelompok Crustacea yang paling banyak ditemukan spesiesnya. Decapoda meliputi jenis udang dan kepiting. Hewan ini terdapat di air tawar, payau, maupun laut.
Decapoda mempunyai morfologi yang tampak jelas. Mereka mempunyai 3 pasang apendik thorax yang termodifikasi menjadi maksiliped dan 5 pasang apendik thorax berikutnya sebagai kaki jalan atau periopod, sehingga Decapoda disebut juga dengan kaki sepuluh.
Dibawah ini beberapa contoh Decapoda yaitu:
a. Udang
· Penacus setiferus (udang windu), hidup di air payau.
· Macrobrachium rasenbengi (udang galah), hidup di air tawar dan payau.
· Cambarus virilis (udang air tawar).
· Panulirus versicolor (udang karang), hidup di air laut dan tidak memiliki kaki catut.
· Palaemon carcinus (udang sotong)
b. Ketam
· Portunus sexdentatus (kepiting)
· Neptunus peligicus (rajungan) / Pagurus sp.
· Parathelpusa maculata (yuyu)
· Scylla serrata (kepiting)
· Birgus latro (ketam kenari)
Gambar 9. Decapoda
BAB III
FISIOLOGI
III.1 Sistem Pencernaan
Crustacea memiliki alat pencernaan yang lengkap. Alat pencernaannya yaitu mulut yang terletak di bagian anterior, esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini juga memiliki kelenjar pencernaan atau hati di bagian chepalotoraks. Sisa hasil metabolisme dibuang melalui anus, selain itu juga dibuang melalui alat ekskresi yang disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.
Crustacea memiliki cara makan yang beraneka ragam yaitu dengan filter feeder, pemakan bangkai, herbivora, karnivora, dan parasit. Filter feeder dalam menyaring air untuk mendapatkan makanan hal ini menyebabkan mandibel (rahang) dan antenna akan berubah (berevolusi) sesuai dengan fungsinya yaitu mulut untuk menyring air dan antenna untuk melacak makanan pada air). Pada Crustacea pemakan bangkai, herbivore, dan karnivora memiliki bagian tubuh yang berfungsi untuk mencengkram atau mengambil makanan, misalya maksilla mandible yang berfungsi untuk memegang, menggigit, dan menggiling makanan.
Biasanya Crustacea aktif di malam hari, pada waktu itu mereka meninggalakan tempat persembunyiannya untuk mencari makanan. Jenis yang hidup di perairan dangkal akan menuju terumbu karang, sedangkan yang hidup di perairan agak dalam akan berkeliaran disekitar tempat persenmbunyiannya untuk mencari makan.
III.2 Sistem Peredaran darah
Sistem peredaran darah pada Crustacea disebut sistem peredaran darah terbuka (haemocoelic). Hal ini berarti bahwa darah beredar tanpa melalui pembuluh darah, sehingga terjadi kontak langsung antara darah dan jaringan. Sistem peredaran darah ini menyebabkan hilangnya rongga tubuh, karena darah memenuhi celah antar jaringan dan organ tubuh yang disebut homocoel (rongga tubuh yang dipenuhi darah). Rongga tubuhnya hanya pada rongga ekskresi dan organ perkembangbiakan.
Letak jantung dari Crustacea biasanya terdapat di bagian dorsal toraks atau di sepanjang badan. Darah keluar dari jantung melalui sebuah aorta anterior, arteri abdomen posterior, beberapa arteri lateral dan sebuah arteri ventral. Beberapa Crustacea tidak mempunyai sistem arteri. Pada kebanyakan Malakostraca terdapat jantung tambahan (accessory heart) atau pompa darah untuk menaikan tekanan darah.
III.3 Sistem ekskresi
Organ ekskresi yang dimiliki oleh Crustacea berupa kelenjar antenna atau kelenjar maksilla. Hasil buangannya berupa ammonia dan sedikit urea serta asam urat selai itu terdapat banyak amina. Organ ekskresi Crustacea terdiri atas sebuah kantong ujung dan saluran ekskresi yang berhubungan dengan bladder. Kelenjar antenna dan kelenjar maksilla juga menjadi saluran pembuangan sisa metabolisme, walaupun bukan sebagai saluran utama. Pada Crustacea insang memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan kadar garam dalam tubuh. Insang secara aktif mengarbsorbsi garam-garam dari lingkungannya. Pada sumbu insang biasanya terdapat Mephrocyte atau sel yang mampu mengambil dan mengumpulkan partikel buangan.
III.4 Sistem reproduksi
Kebanyakan Crustacea memiliki alat reproduksi yang terpisah (dioceous) atau terdapat individu jantan dan betina, namun pada Crustacea tingkat rendah ada yang bersifat hermaphrodit. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga dan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Namun pada spesies tertentu ada yang belum dapat diketahui perkembangbiakan dan perkelaminannya.
Gonad biasanya panjang dan sepasang terletak dibagian dorsal toraks dan atau abdomen. Crustacea bereproduksi dengan mengadakan kopulasi (pembuahan). Pada proses kopulasi tersebut individu jantan biasanya memiliki apendiks yang dapat berfungsi untuk memegang betina. Individu jantan akan meletakan massa spermatoforik di bagian sternum udang betina. Peletakan massa spermatoforik tersebut berlangsung sebelum telur dikeluarkan. Pembuahan terjadi saat telur yang dikeluarkan dari celah genital ditarik ke arah abdomen oleh pasangan kaki kelima betina. Pada waktu telur tertarik ke abdomen, sperma keluar dari massa spermatoforik yang tersobek sehingga terjadi pembuahan.
Pembuahan tersebut dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Hal ini tergantung pada sifat dari spermatoforiknya. Jika spermatoforknya bersifat kental, pembuahan terjadi secara eksternal. Sedangkan spermatoforik yang bersifat cair memungkinkan untuk masuk ke dalam oviduct (saluran telur) sehingga terjadi secara internal.
Telur yang sudah menetas akan menjadi nauplius yang planktonis. Naulius tersebut mempunyai tiga pasang apendik yaitu antenna pertama, antenna kedua dan mandibula; tubuh belum beruas-ruas; dibagian anterior terdapat mata nauplius.
III.5 Sistem Syaraf dan alat indra
Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
Alat indra terdiri atas mata majemuk, bintik mata, statocyst, proproceptor, alat peraba dan chemoreceptor. Mata majemuk terdapat pada hampir semua spesies dewasa, biasanya terletak pada ujung tangkai yang dapat digerakkan tetapi adakalanya sessil. Crustacea dengan mata majemuk yang berkembang baik mempunyai kemampuan untuk membedakan ukuran dan bentuk tetapi ketajaman penglihatannya kecil dan gambarnya kasar.
Bintik mata selalu terletak digaris menengah dan khusus terdapat pada stadium larva nauplius; terdiri atas 3 sampai 4 ocelli berbentuk mangkuk pigmen; berfungsi untuk mendeteksi cahaya. Bintik mata diperlukan hewan planktonik untuk menentukan lokasi permukaan air, dan bagi hewan peliang untuk menentukan lokasi permukaan substrat. Statocyst hanya terdapat pada beberapa kelompok Malakostraca. Sepasang statocyst biasa terletak pada pangkaal antenul, uropod atau telson. Propioreceptor merupakan alat indra otot, terdapat pada malacostraca terutama decapoda. Tiap organ terdiri atas sejumlah sel otot yang mengalami modifikasi spesial, berperan membantu mengatur kedudukan apendik, semacam indra gerak yang dirangsang oleh peregangan diantara sel otot, kontraksi otot diskitarnya. Alat peraba biasanya membentuk bulu-bulu dan tersebar di berbagai tempat pada permukaan tubuh, terutama apendik. Chemoreceptor merupakn alat indra untuk mendeteksi zat kimia, terdapat pada kedua pasang antena dan apendik mulut . Esthetasc berbentuk bulu-bulu indra yang panjang dan lembut merupakan chemoreseptor yang umum terdapat kebanyakan crustacea.
III.6 Sistem pernafasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya. Letak insang pada malacostraca biasanya terbatas pada apendik thorax. Aliran air kearah insang umumnya dihasilkan dari gerakan teratur sejumlah apendik. Oksigen dalam peredaran darah terdapat dalam bentuk larutan sederhana atau terikat pada hemoglobin atau hemocyanin. Hemocyanin hanya trrdapat pada malacostraca.Pigmen pernapasan larut dalam plasma, tetapi adakalanya hemoglobin terdapat dalam otot dan jaringan saraf, bahkan dalam telur beberapa jenis Crustacea.
BAB IV
PERANAN CRUSTACEA
IV.1 KEUNTUNGAN
Jenis Crustacea yang menguntungkan manusia dalam beberapa hal, antara lain:
- Sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi, misalnya udang, lobster dan kepiting.
- Dalam bidang ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan ikan, misal anggota Branchiopoda, Ostracoda dan Copepoda.
- Udang rebon merupakan bahan baku pembuatan terasi.
- Telur artemia banyak diperdagangkan karena naupliusnya merupakan makanan awal bagi anak ikan atau Udang.
IV.2 KERUGIAN
Sedangkan beberapa Crustacea yang merugikan antara lain:
- Merusak galangan kapal (perahu) oleh anggota Isopoda.
- Parasit pada ikan, kura-kura, misal oleh anggota Cirripedia dan Copepoda.
- Merusak pematang sawah atau saluran irigasi misalnya ketam.
- Copepoda merupakan inang perantara penyakit cacing pita ikan Dibotrio Cephalus Latus
- Tritip, yang merupakan pengganggu bagi manusia karena mengotori lunas kapal, pelampung dan tiang tiang dilaut populasi tritip yang padat dapat mengurangi kecepatan kapal.
BAB V
KESIMPULAN
Ø Crustacea adalah avertebrata air yang tergolong filum arthropoda dan memiliki anggota badan atau ektremitas yang bersendi-sendi.
Ø Klasifikasi Crustacea menurut Calman dibagi menjadi 5 sub kelas yakni Branchiopoda, Ostracoda, Copecoda, Cirripedia, dan Malakostraca.
Ø Cara makan pada Crustacea sangat beragam yaitu dapat sebagai filter feeder (penyaring makanan), scavengers (pemakan bangkai), herbivora, karnivora, simbion, epizon, dan parasit.
Ø Crustacea mempunyai organ ekskresi, respirasi peredaran darah terbuka, sistem syaraf dan sistem reproduksinya diocious tetapi pada Crustacea tingkat rendah bersifat hermaprodit.
Ø Crustacea dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan, penyeimbang ekosistem dan berkomensalisme dengan spesies lain, namun Crustacea juga dapat bersifat merugikan karena bersifat parasit.
GLOSARI
Abdomen : Bagian tubuh yang nengandung organ-organ dalam yang penting kecuali hati dn paru-paru.
Antena/Antenna : Apendik berpasangan yang panjang dan ramping sebagai alat indera. Terdapat pada kepala.
Antennule : Antena kedua pada crustacea, berukuran lebih kacil.
Apendiks : Anggota tubuh yang memiliki fungsinya masing-masing.
Automoty : Memotong bagian tubuhnya sendiri, terutama pada kelima kaki jalan decapoda.
Barnacle : Tritir; jenis crustacea dari kelas Cirripedia.
Biramus : Biasanya dikaitkan dengan apendik pada crustacea, yang terdiri atas sebuah protopopodit (dari ruas), sebuah endopit (cabang median) dan sebuah eksopodit (cabang lateral). Masing-masing ramus (cabang) beruas-ruas dan mempunyai ukuran yang berbeda-beda.
Carapace : Lapisan penutup bagian dorsal dan lateral pada cephalotorax crustacean.
Cephalotorax : Bagian tubuh crustacean yang merupakan penyatuan kepala dengan beberapa atau seluruh ruas thorax.
Chelipeds : Sepasang kaki jalan pertama pada decapoda (crustacean bercapit); khusus untuk menangkap dan menghancurkan makanan; tidak untuk berjalan.
Diocious : Individu jantan dan betina terpisah, sehingga sistem reproduksinya dengan kopulasi
Endopodite : Cabang bagian dalam dari apendik crustacea yang biramus.
Epipodit : Pelebran pangkal kaki pada crustacea berfungsi sebagai insang.
Filter feeder : Hewan yang mendapatkan makanannya dengan menyaring dari air (biasanya partikel –partikel Kecil).
Mandibel : Istilah umum untuk rahang; pasangan yang ketiga pada kepala crustacea.
Meropide : Ruas keempat dari pereiopod pada Malacostraca.
Nauplius : Stadia larva copepoda yang mikroskopis dan berenang bebas, mempunyai tiga pasang apendik.
Oligomerik : Pembagian tubuh hewan yang terdidi dari dua atau tiga bagian yang jelas; contoh: copepoda.
Pleopod : Bagian kaki pada crustacea yang berfungsi untuk berenang.
Periopod : Bagian kaki pada crustacea yang berfungsi untuk berjalan.
Rostrum : Bentuk seperti paruh terdapat pada bagian tengah
dari ujung anterior cephalotorax pada kebanyakan
crustacea.
Scavanger : Hewan pemakan bangkai.
Sternaum : Sternit; lempengan kutikula pada bagian ventral dari ruas tubuh serangga dan crustacea pada umumnya.
Uropod : Apendik yang terdapat pada ruas abdomen di posterior.
Urosome : Pada copepoda berarti bagian tubuh dari artikulasi ke posterior.
Zoea : Satu dari serangkaian stadia larva awal pada berbagai decapoda.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowijoyo, Mukayat. 1990 . Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Radiopoetro, dkk. 1991 . Zoology. Jakarta : Erlangga.
Sunardi, Drs. 1983 . Evolusi Avertebrata. Jakarta : Universitas Indonesia ( UI-Press).
Suwignyo, dkk. 2005 . Avertebrata Air. Jilid 2 . Jakarta : Penebar Swadaya.
</span>
Read More......
Langganan:
Postingan (Atom)